Selasa, 22 April 2008

GANGGUAN HUBUNGAN SOSIAL

GANGGUAN HUBUNGAN SOSIAL

• Pengertian

Menurut petunjuk teknis standar asuhan keperawatan jiwa direktorat kesehatan jiwa (1994:117) gangguan hubungan sosial merupakan gangguan kepribadian yang tidak fleksibel. Pola tingkah lakunya maladaptik, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosialnya. Hal ini disebabkan oleh cara pemecahan masalah yang diselesaikannya kepada orang lain atau lingkungan sosialnya.

• Rentang Respon Hubungan Sosial

Continuum of Social Responses



Adaptif Responses Maladaptive Response

Solitude Loneliness Manipulation
Autonomy With drawal Impulsivity
Interdependence Dependence Narcissim


(Stuart dan Sundeen(1995:518))

Respon adaptif meliputi:

1. Solitude, ada kalanya setiap orang perlu kesunyian dala merenungi segala sesuatu yang telah dilakukannya selama ini, untuk mengetahui kesalahan-kesalahan apa yang telah dilakukannya sehingga ia pun akan berusaha untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam menghadapi kehidupan ini.
2. Autonomy, setiap orang berhak untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran perasaan yang ada dalam hatinya.
3. Mutuality, adanya kemampuan untuk saling bekerja sama saling memberi dan menerima, antara individu dengan individu lainnya.
4. Interdependence, adanya saling ketergantungan antara individu yang satu dengan individu yang lainnya dalam memenuhi kebutuhan.

Awal rentang respon malaadaptif:

1. Loneliness, suatu kepercayaan atas pengalaman menyakitkan yang disembunyikan, disamarkan, dipertahankan ataupun diekspresikan dengan cara lain, atau dapat juga didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu bila sendiri.
2. With drawal, suatu usaha seseorang untuk menghindari interaksi dengan orang lain. Seseorang merasa bahwa ia telah dirampas hubungan intimnya dengan orang lain sehingga ia tidak mempunyai kesempatan untuk bertukar pikiran, serta menumpahkan perasaannya maupun masalahnya.
3. Dependence, seseorang mengalami kegagalan dalam mengembangkan rasa percaya diri sehingga tidak percaya akan kemampuan yang ada pada dirinya membuatnya tidak mampu mencapai keinginannya secara sukses dan akhirnya ketergantungan kepada orang lain.

Respon maladaptive:

1. Manipulation, seseorang menggunakan orang lain sebagai alat dalam mencapai keinginannya.
2. Impulsivity, suatu sikap dari seseorang yang secara terus menerus mencari kesalahan orang lain.
3. Narcissim


• Tanda dan Gejala
1. Apatis (acuh terhadap lingkungan).
2. Ekspresi wajah kurang berseri.
3. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.
4. Menurun atau tidak ada komunikasi secara verbal dan nonverbal.
5. Mengisolasi diri (diam ditempat tidur dalam waktu yang lama).
6. Tidak atau kurang sadar dengan lingkungan sekitarnya.
7. Gangguan pola makan dan tidak ada nafsu makanan atau makan berlebihan.
8. Berat badan menurun atau meningkat secara drastis.
9. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.
10. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
11. Kurang energi.
12. Aktivitas menurun.
13. Tidur berlebihan.
14. Retensi urine dan feses.

• Proses Terjadinya Gangguan

Dalam teori kepribadian (tahun 1991:hal 32) dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsure yaitu id, ego dan super ego. Ketiga sistem tersebut memiliki fungsi: kelengkapan, prinsip-prinsip operasi, dinamisme dan mekanisme masing-masing, ketiga sistem ini saling berkaitan serta membentuk totalitas. Tingkah laku manusia merupakan produk interaksi antara id, ego dan super ego.
Kepribadian terus menerus mengalami perkembangan mulai dari lahir hingga akhir hayatnya. Menurut Sigmund Freud, dalam perkembangan kepribadian manusia tersebut ada beberapa tugas perkembangan yang harus dilaksanakan.
Kegagalan atau tidak terselesaikan tahap perkembangan kepribadian dapat berdampak terhadap kepribadian seseorang dimasa yang akan datang. Salah satu diantaranya adalah kegagalan dalam fase oral. Fase ini berlangsung mulai lahir, sampai tahun pertama. Pada waktu seseorang lahir, ia telah memiliki id. Id merupakan dunia batin yang berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir, berupa dorongan naluri yang selalu berhubungan dengan jasmani, mementingkan diri sendiri dan merupakan bagian dari alam tak sadar. Karena itu id bekerja sesuai dengan prinsip keterangan tanpa memedulikan kenyataan. Seorang bayi pada waktu lahir telah memiliki id. Ia tidak mempunyai kemampuan untuk menghambat, mengawasi atau memodifikasi dorongan nalurinya. Karena itu fase oral ini ia akan sangat tergantung pada ego orang lain didalam lingkungannya.
Dalam fase oral ini terbagi atas dua fase kenikmatan dan fase sadisme. Mula-mula seorang bayi hanya menerima apapun yang dimasukkan ke dalam mulutnya, kemudian ia akan menghisapnya. Inilah yang dinamakan fase kenikmatan. Pada saat itulah mulai tumbuh rasa percaya pada ibunya yang telah memberi makanan dan kasih saying. Ibu merupakan orang pertama yang dikenalinya pada fase sadisme, seseorang bukan hanya menghisap saja akan tetapi ia mulai menggigit, mengunyah, dan akhirnya menelannya. Makanan yang disukai akan ditelannya, sedangkan makanan yang tidak disukai akan ditolak dan dimuntahkan.
Pada usia 4-5 bulan dalam fase oral ini mulai akan terjadi pembentukan ego. Ego bertugas sebagai pengendali untuk mejaga keseimbangan antara id dan super ego. Apabila ia lebih dominant dalam diri seseorang maka ia akan lebih berfokus pada dirinya sehingga ia akan bersikap ingin menang sendiri. Sebaliknya apabila superego lebih dominant dalam dirinya maka ia akan bersikap kaku dan terpaku pada norma-norma yang ada di masyarakat, sehingga dengan tidak adanya keseimbangan antara id dan super ego dapat menimbulkan gangguan dikemudian harinya.
Rasa percaya sejak bayi dilahirkan dan berinteraksi dengan lingkungan, ibu merupakan orang pertama dan utama yang akan membentuk kata percaya. Apabila bayi memperoleh kepuasan sesuai dengan kebutuhannya dari ibu ataupun dari lingkungannya maka ia akan percaya bahwa lingkungannya dapat memenuhi kebutuhan dan terbentuklah rasa percaya terhadap orang lain. Dan apabila hal ini tidak terpenuhi dan berlangsung terus menerus dalam tempo yang lama maka bayi tadak dapat menyelesaikan pertumbuhan dan perkembangan dengan baik sehingga akan terbentu rasa tidak percaya kepada dirinya maupun lingkungannya yang akibatnya individu akan membatasi hubungan dengan lingkungannya. Reaksi ini timbul berbeda-beda pad tiap individu, ada yang sampai menetap, perilaku menarik diri merupaka proses terjadinya skizofrenia.
Pasien mula-mula rendah diri merasa tidak berharga dan tidak berguna sehingga merasa tidak aman dalam membina hubungan dengan orang lain. Dunia merupakan alam yang tidak menyenangkan, sebagai usaha untuk melindungi diri, pasien menjadi pasif dan kepribadian menjadi kaku. Semakin individu menjauhi kenyataan, semakin banyak kesulitan yang timbul dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain.

• Dampaknya pada Kebutuhan Manusia

1. Kebutuhan fifiologis dan biologis
 Nutrisi: menolak makan atau sebaliknya, makan secara berlebihan
 Istirahat dan tidur: melamun dan timbul kecemasan dan gelisah menyebabkan gangguan tidur
 Eliminasi: kurangnya aktivitas menurunkan metabolisme tubuh dan peristaltik usus sehingga menyebabkan kontipasi
 Aktivitas sehari-hari: keinginan hidup produktif berkurang sehingga pemenuhan kebutuhan aktivitas terganggu
 Seksual: sulit mengekpresikan keinginan membina hubungan lawan jenis
2. Kebutuhan rasa aman
Karena kurangnya mengembangkan kehangatan emosional dalam membina hubungan yang positif cenderung tidak mempunyai rasa percaya diri, mengembangkan kepercayaan dalam berhubungan dengan orang lain akhirnya menimbulkan kecemasan dan dampak yang ditimbulkan adalah gangguan rasa aman.
3. Kebutuhan mencintai dan memiliki
Karena hilangnya hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan berbagi rasa, pikiran prestasi sehingga menyulitkan terjadinya hubungan interpersonal termasuk hubungan untuk mencintai dan dicintai.

4. Kebutuhan akan harga diri
Cenderung merasa rendah diri, merasa tidak berharga lagi dan tidak berguna dampaknya adalah gangguan kebutuhan akan harga diri.
5. Kebutuhan aktualisasi diri
Biasanya gagal dalam mengaktualisasi diri karena pada klien dengan gangguan berhubungan, minatnya berkurang tidak berambisi, emosinya dangkal.

• Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data klien
Meliputi nama klien, usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status marital, no.medrec, tanggal masu rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis, ruangan alamat klien. Data penanggung jawab meliputi nama, usia, agama, pekerjaan, alamat, hubungan dengan klien.
b. Faktor presipitasi
Meliputi stressor social budaya, hormonal, infeksi virus, interaksi dengan stressor lingkungan social, stressor psikologik.
c. Faktor predisposisi
Gangguan jiwa sebelumnya, sakit fisik, anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, pengalaman masa lalu klien yang tidak menyenangkan, riwayat gangguan tumbuh kembang, gangguan komunikasi dalam keluarga
d. Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan system, meliputi system integument, kardiovaskuler, system gastrointestinal, system urogenital, system musculoskeletal.
 Istirahat dan tidur, meliputi kapan mulai tidur dan terbangun, jumlah jam tidur, hal yang mengganggu tidur dan upaya mengatasinya.
e. Status mental
 Penampilan, meliputi cara berpakaian, cara berbicara, aktivitas motorik, interaksi klien selama wawancara.
 Status emosi, alam perasaan klien biasanya pasien sedih, apatis, cemas, menyalahkan diri sendiri, afek tumpul.
 Halusinasi, disebabkan karena keterbatasan dan kegagalan dalam berkomunikasi yang menyebabkan tidak adanya rangkaian cara berfikir, sehingga menimbulkan proses berfikir.
 Proses pikir, cenderung mengalami gangguan proses piker waham curiga, tidak percaya pada orang lain.
 Sensori dan kognisi, klien tidak mengalami gangguan orientasi, memori, biasanya konsentrasi klien mudah teralih dan klien menggunakan koping yang tidak konstruktif.
 Psiko sosial spiritual
 Konsep diri: klien mempunyai harga diri rendah, selalu mencari kelemahan sendiri, menyalahkan diri sendiri, merasa tidak berguna.
 Social: klien mengalami kegagalan dalam melakukan hubungan dengan orang lain.
 Spiritual: klien kehilangan harapan, keyakinan akan kehidupan yang tidak baik, pesimis dengan kehidupan yang akan dating, klien merasa putus asa karena harapan tidak terkabulkan, akhirnya klien kurang minat dalam menjalankan ibadat sehari-hari.

2. Analisa data
Meliputi kegiatan mengelompokan data, mencari kemungkinan penyebab dan dampaknya serta menentukan masalah klien atau penyimpangan yang merupakan suatu kesimpulan.


3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan hubungan sosial adalah sebagai berikut:
a. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan harga diri rendah
b. Tidak efektifnya koping individu berhubungan dengan ketidaktahuan klien dalam pemecahan masalah
c. Potensial kambuh kembali penyakitnya berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
d. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kurangnya minat dan motivasi terhadap perawatan diri
e. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kurangnya minat
f. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan penilaian yang salah mengenai dirinya.
4. Perencanaan keperawatan
a. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan harga diri rendah
1) Tujuan jangka panjang
Pasien mampu mendemonstrasikan untuk berinteraksi dengan petugas dan pasien yang lain dibangsal tanpa merasa tidak nyaman.
2) Tujuan jangka pendek
 Terbinanya hubungan saling percaya antara perawat dengan klien.
 Klien mengetahui dan mengerti tentang interaksi social.
 Klien mampu terlibat aktif dalam kegiatan kelompok.
3) Kriteria evaluasi
Dalam satu minggu:
 Klien mau berkenalan dengan perawat
 Klien mau tersenyum dengan perawat
 Klien mau menyapa dan disapa
 Klien dapat menyebutkan pengertian interaksi social, manfaat, cara dan akibatnya bila tidak melakukan interaksi social
 Klien mau terlibat dalam kegiatan kelompok
4) Intervensi and rasional
 Lakukan pendekatan dan bina rasa percaya klien terhadap perawat: dengan melakukan pendekatan secara terapetik akan menumbuhkan dan membina rasa saling percaya sehingga klien mau mengungkapkan perasaannya pada perawat.
 Beri penjelasan pada klien mengenai interaksi social, mulai dari pengertian, manfat, cara-cara melakukan interaksi, unsir-unsur penting dalam berinteraksi serta akibat yang ditimbulkan: dengan memberikan kejelasan mengenai interaksi social maka pengetahuan klien akan meningkat.
 Ajak klien dalam melakukan aktifitas yang berhubungan dengan klien lain: dengan mengajak klien melakukan aktivitas maka klien akan merasa diperhatikan dan diberi kepercayaan sehingga klien mau bergaul dengan orang lain.

b. Tidak efektifnya koping individu berhubungan dengan ketidaktahuan klien dalam pemecahan masalah
1) Tujuan jangka panjang
Klien mampu menggunakan koping yang efektif.
2) Tujuan jangka pendek
 Terbinanya hubungan saling percaya
 Klien mengetahui dan mengerti koping individu yang efektif dan destruktif
 Klien mampu menggunakan koping baru yang efektif dalam mengatasi masalah
3) Kriteria evaluasi
Dalam satu minggu:
 Klien mau mengenal perawat
 Klien mau disapa dan menyapa
 Klien dapat memilih dan menggunakan koping yang efektif
4) Intervensi and rasional
 Lakukan pendekatan dengan klien dan bina rasa percaya antara klien dengan perawat: menumbuhkan dan membian rasa percaya klien pada perawat.
 Beri penjelasan pada klien mengenai koping yang efektif dan tidak efektif dalam mengatasi permasalahan serta akibat-akibat penggunaan koping yang tidak efektif: pengetahuan klien akan meningkat.
 Bantu klien dalam mengenal dan mencari alternative penggunaan koping baru yang efektif dalam menyelesaikan masalah: klien menjadi tahu koping baru yang efektif.
 Beri dukungan yang positif terhadap klien: untuk meningkatkan rasa percaya diri sehingga klien mau menggunakan koping yang efektif.

c. Potensial kambuh kembali penyakitnya berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
1) Tujuan jangka panjang
Penyakit klien tidak kambuh lagi.
2) Tujuan jangka pendek
 Terbinanya hubungan saling percaya.
 Pengetahuan klien dan keluarga mengenai perawatan klien dirumah meningkat.
 Pengetahuan klien dan keluarga mengenai lingkungan yang terapetik bertambah.
3) Kriteria evaluasi
Dalam waktu satu minggu:
 Keluarga dan klien percaya dan mau berkenalan.
 Keluarga dan klien mengetahui penyebab dan tanda-tanda kambuh.
 Keluarga dan klien dapat menyebutkan cara perawatan klien di rumah.
 Keluarga dan klien dapat menyebutkan mengenai lingkungan yang terapeutik.
4) Intervensi dan rasional
 Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga: agar terbina hubungan saling percaya.
 Beri penjelasan tentang penyebab dan tanda-tanda kambuh: dapat menambah pengetahuan klien dan keluarga.
 Beri penjelasan kepada keluarga dan klien mengenai lingkungan terapeutik: akan meningkatkan pengetahuan keluarga dan klien.

d. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kurangnya minat.
1) Tujuan jangka panjang
Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
2) Tujuan jangka pendek
 Terbinanya hubungan saling percaya.
 Klien mengetahui dan mengerti manfaat makan bagi tubuh.
 Klien mengetahui akibatnya apabila tidak makan.
 Klien berminat untuk makan.
3) Kriteria evaluasi
Dalam satu minggu:
 Klien mau berkenalan
 Klien dapat menyebutkan pengertian makan, manfaat makan dan akibatnya apabila kekurangan makan.
 Porsi makan yang disediakan habis.
 Berat badan klien bertambah.
4) Intervensi and rasional
 Lakukan pendekatan dengan klien dan bina hubungan saling percaya: untuk menumbuhkan rasa percaya terhadap perawat sehingga klien mampu mengungkapkan perasaannya.
 Beri penjelasan pada klien tentang pentingnya makan bagi tubuh: dapat meningkatkan pengetahuan klien tentang pentingnya makan.
 Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan aman: akan merangsang minat klien untuk makan.
 Beri kesempatan pada klien untuk memilih makanan yang disukainya : agar klien makan makanan tersebut.
 Timbang berat badan klien tiap satu minggu sekali: untuk dapat mengetahui peningkatan dan penurunan berat badan.

e. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan penilaian yang salah mengenai dirinya.
1) Tujuan jangka panjang
Harga diri klien meningkat.
2) Tujuan jangka pendek
 Klien mampu mengungkapkan perasaannya pada perawat.
 Klien mau mengetahui penyebab penilaiannya yang salah pada dirinya.
 Pengetahuan klien meningkat mengenai konsep diri terutama tentang harga diri.
 Rasa percaya diri klien meningkat.
3) Kriteria evaluasi
Dalam satu minggu
 Klien mau mengenal perawat.
 Klien mau disapa dan menyapa.
 Klien mau bercerita pada perawat.
 Klien menyebutkan mengenai konsep diri.
4) Intervensi dan rasional
 Lakukan pendekatan dengan klien dan bina saling percaya: akan menumbuhkan dan membina saling percaya.
 Bantu klien dalam mengidentifikasi hal-hal yang menyebabkan merasa salah pada dirinya: karena dapat dicari alternatif pemecahan masalah.
 Beri penjelasan mengenai konsep diri klien, meliputi pengertian unsur-unsur konsep diri, pentingnya konsep diri: maka pengetahuan klien mengenai konsep diri meningkat.
 Beri dukungan atas keberhasilan yang telah dilakukan oleh klien: dapat meningkatkan rasa percaya diri klien.

5. Implementasi
Dalam melaksanakan intervensi yang telah dibuat maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Menetapkan hubungan saling percaya.
b. Berkomunikasi dengan pasien secara jelas dan terbuka.
c. Kenal dan dukung kelebihan pasien.
d. Membatasi orang yang berhubungan dengan pasien pada awal terapi.
e. Melakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin.
f. Membicarakan dengan pasien mengenai peristiwa yang menyebabkan pasien menarik diri.
g. Menerangkan harapan dari tindakan secara bersama-sama dengan klien.
h. Menganjurkan kepada keluarga untuk tetap melakukan hubungan dengan pasien.
i. Melibatkan klien dalam aktivitas kelompok.
j. Memperhatikan kebutuhan fisiologis klien.
k. Membantu pasien dalam melaksanakan kebersihan diri sampai melaksanakannya sendiri.
l. Memberikan obat sesuai dengan program medik dengan prinsip lima benar.
m. Memfasilitasi pasien untuk berperan serta dalam terapi kelompok.


6. Evaluasi
a. Evaluasi DP I
1) klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan pasien lain.
2) Klien dapat memahami pengertian interaksi sosial, manfaat interaksi sosial, cara-cara melakukan interaksi sosial, unsur-unsur penting dalam interaksi sosial, dan akibatnya bila tidak melakukan interaksi sosial..
b. Evaluasi DP 2
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2) Klien dapat mengetahui dan mengerti mengenai koping yang efektif.
3) Klien dapat menggunakan dan mempraktekan koping yang efektif dalam mengatasi masalah.
c. Evaluasi DP 3
1) Penyakit klien tidak kambuh lagi.
2) Klien dan keluarganya dapat memahami cara-cara perawatan klien di rumah.
3) Pengetahuan klien dan keluarga mengenai cara-cara perawatan klien di rumah bertambah.
d. Evaluasi DP 4
1) Klien dapat merawat dirinya secara kontinyu dan mandiri.
2) Klien dapat memahami cara-cara perawatan diri dan akibatnya bila tidak merawat diri.
e. Evaluasi DP 5
1) Kebutuhan nutrisi terpenuhi
2) Klien dapat memahami manfaat makan dan guna makan bagi tubuh.
3) Berat badan meningkat.
f. Evaluasi DP 6
1) Harga diri klien meningkat
2) Klien dapat memahami pengertian konsep diri.



Tidak ada komentar: