Skizofrenia? Apa sih yang dimaksud dengan skizofrenia? Mungkin sebagian orang masih awam dengan kata ini. Tapi mungkin bagi keluarga yang salah satu anggota keluarganya didiagnosa penyakit ini pasti sering mendengar.
Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah (Stuart, 2006).
Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah (Stuart, 2006).
Dari beberapa penelitian ditemukan adanya berbagai faktor yang menyebabkan seseorang itu menderita skizofrenia. Menurut sebuah buku sumber keperawatan jiwa dari Iyus Yosep (2007), bahwa yang menyebabkan penyakit skizofrenia itu antara lain: factor genetika, virus, auto antibody, dan keadaan malnutrisi. Penelitian menyebutkan bahwa meski ada gen yang abnormal namun penyakit ini tidak akan muncul jika tidak disertai oleh faktor-faktor yang telah disebutkan di atas atau yang disebut dengan epigenetik. Menurutnya juga penyakit ini akan lebih beresiko besar, jika seseorang yang mempunyai factor epigenetik kemudian mengalami stressor psikososial.
Menurut penelitian dari sumber J.C. Coleman (1970), orang yang dapat mengalami penyakit skizofrenia adalah yang memiliki hubungan kembar dari satu telur (monozigot) 86,2% menderita skizofrenia, sedangkan kembar dari dua telur (heterozigot) 14,5%, saudara kandung 14,2%, saudara tiri 7,1% dan masyarakat umum 0,85%
Faktor predisposisi dari skizofrenia, pertama adalah faktor somatik atau organobiologis. Yang termasuk diantaranya adalah Neroanatomi, Nerofisiologi, nerokimia, tingkat kematangan dan perkembangan organic, factor pre dan perinatal. Faktor yang kedua adalah psikoedukatif yaitu: interaksi ibu dan anak, peranan ayah, persaingan antara saudara kandung, intelegensia, hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan, dan masyarakat, kehilangan yang menyebabkan kecemasan atau depresi, konsep diri, keterampilan, bakat dan kreatifitas, pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaki terhadap bahaya, tingkat perkembangan emosi. Faktor ketiga sosiokultural meliputi kestabilan keluarga, pola asuh anak, tingkat ekonomi, perumahan: perumahan lawan pedesaan. (Yosep, 2007)
Sedangkan stressor pencetus pada skizofrenia dapat berupa faktor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologist maladaptif seperti gizi buruk,kurang tidur, irama sirkadian tidak seimbang, keletihan, infeksi, obat system saraf pusat, kurang olahraga, hambatan dalam mengakses pelayanan kesehatan. Faktor lingkungan juga dapat menjadi pencetus penyakit ini yaitu lingkungan yang penuh kritik, kesukaran interpersonal, gangguan hubungan interpersonal, isolasi social, tekanan pekerjaan, kemiskinan, dll. Faktor sikap dan perilaku dapat menjadi pemicu juga seperti konsep diri rendah, kurang rasa percaya diri, keterampilan social yang kurang, perilaku agresif, perilaku kekerasan, dll. (Stuart, 2006)
Skizofrenia ternyata ada beberapa jenis, yang pertama jenis skizofrenia paranoid, skizofrenia hebrefrenik, katatonik, skizofrenia yang tidak digolongkan (undiffentiated), depresi pasca-skizofrenia, skizofrenia residual, dan skizofrenia lainnya (Maslim, 1998 & Issacs, 2004).
Skizofrenia paranoid ciri-ciri utamanya adalah waham yang sistematis atau halusinasi pendengaran. Individu ini dapat penuh curiga, argumentatif, kasar, dan agresif. Perilaku kurang regresif, kerusakan social lebih sedikit, dan prognosisnya lebih baik dibanding jenis-jenis lain.
Skizofrenia hebefrenik ciri-ciri utamanya adalah percakapan dan perilaku yang kacau, serta afek yang datar atau tidak tepat, gangguan asosiasi juga banyak terjadi. Individu tersebut juga mempunyai sikap yang aneh, menunjukkan perilaku menarik diri secara social yang ekstrim, mengabaikan hygiene dan penampilan diri. Awitan biasanya terjadi sebelum 25 tahun dan dapat bersifat kronis. Perilakunya regresif, dengan interaksi sosial dan kontak dengan realitas yang buruk.
Skizofrenia katatonik ciri-ciri utamanya adalah ditandai dengan gangguan psikomotor, yang melibatkan imobilitas atau justru aktivitas yang berlebihan. Stupor katatonik. Individu dapat menunjukan ketidakaktifan, negativisme, dan kelenturan tubuh yang berlebihan (postur abnormal). Catatonic excitement melibatkan agitasi yang ekstrim dan dapat disertai dengan ekolalia dan ekopraksia.
Skizofrenia yang tidak digolongkan ciri-ciri utamanya adalah waham, halusinasi, percakapan yang tidak koheren dan perilaku yang kacau. Klasifikasi ini digunakan bila kriteria untuk jenis lain tidak terpenuhi.
Skizofrenia residu ciri-ciri utamanya adalah tidak adanya gejala-gejala akut saat ini, melainkan terjadi di masa lalu. Dapat terjadi gejala-gejala negative, seperti isolasi social yang nyata, menarik diri dan gangguan fungsi peran.
Daftar pustaka:
Isaacs, Ann. 2004. Panduan Belajar: Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik ed.3. Jakarta EGC.
Maslim, Rusdi. 1998. Buku Saku Diagnosis Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Bandung: Development Aura Informatika
Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 5. Jakarta EGC
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Rafika Aditama
Contoh perilaku skizofrenia dapat dilihat pada video di bawah ini. Gambar ini didapat dari suatu tempat di mana ditemukan orang dengan skizofrenia yang sudah lama menetap di tempat tersebut. Dengan tidak mengurangi rasa hormat dan untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan, maka video berikut dibuat terbalik:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar